Segala puji bagi Allah, yang masih memberikan kehidupan pada kita. Setiap hari kita hirup udara-Nya degan cuma2. Air yg kita teguk, juga adalah pemberianNya. Makanan yang kita santap, pun datang dari-Nya.
Kawan2, anak2, istri, suami, saudara, kerabat, ayah dan ibu, yang semuanya baik2, itu adalah anugerah terindah dari Allah Ta’ala. Dan puncak dari karunia itu, adalah nikmat iman & Islam itu sendiri. Iman adalah pemandu, supaya kita berjalan hanya menuju-Nya. Sedangkan Islam adalah rel laluan, supaya kita berjalan tidak sampai terperosok ke dalam jurang kesengsaraan.
Sodara, kemaren seharian kepala saya pusing, badan lemas, suhu tubuh saya pun panas, begitu juga perut saya, serasa bergolak ingin memuntahkan semua isinya. Rasa sakit itu semua datang begitu saja, tanpa mengalami proses yg kita sadari. Begitu juga dengan teman, kerabat kita yg meninggal dunia, padahal mungkin minggu lalu kita masih melihatnya sehat2 saja.
Allah bisa menjungkir balikkan logika manusia, dengan cepat, tanpa manusia perlu tahu kenapa kok begitu. Dalam berislam, kita memang harus rasional. Tapi bukan berarti semua hal harus kita ketahui. Karena bagaimana pun juga, kemampuan otak manusia terbatas. Manusia boleh menemukan sekian banyak teori-teori modern. Bahkan pencapaian ilmu manusia, telah mengantarkannya sampai ke bulan. Atau menjadikan jarak tempuh perjalanan yang semestiya berhari-hari, bisa hanya hanya ditempuh dalam hitungan menit. Begitu juga dalam perkembangan ilmu medis kini, telah banyak penemuan-penemuan kedokteran yang bisa menyembuhkan sekian banyak penyakit. Tapi tetap saja, manusia tidak bisa mencegah kematian…! Tetap saja, manusia tak bisa memindahkan Mekkah ke Jakarta, dan tak mampu untuk menberbitkan matahari dari barat…! Atau membuatkan rahim untuk laki-laki…!
Banyak hal yang akal dan otak kita memang tidak mampu untuk mencernanya. Orang ribut membicarakan kapan kiamat akan datang. Bahkan sudah ada yang terang2an mengatakan kiamat akan terjadi tahun sekian, bulan dan tanggal sekian. Padahal sudah dengan tegas Allah mengatakan, bahwa assaa’ah (kiamat) itu adalah urusannya ( Lihat Q.S. Al-A’raf/7 : 187). Begitu juga dengan Rasulullah saw, ketika ditanya Jibril kapan kiamat? Beliau tidak bisa menjawabnya, beliau hanya memberikan tanda-tanda menjelang kedatangannya (lihat hadis kedua dalam Arba’in Nawawiyah).
Nah, kalau begitu kawans… Masihkah kita mendewakan akal? Atau menaklukkan akal tunduk pada keimanan?? Pun, ketika kita sakit… Kewajiban kita hanya berobat, reda, sembuh ataupun tidak, itu semua adalah hak Allah. Walau mungkin kita sudah minum obat teratur sesuai dengan resep dokter. Tapi bukankah yang menyembuhkan bukan obat atau dokter?? Dan satu lagi, kita harus tahu, bahwa tak satu pun rasa sakit pada tubuh kita, melainkan itu adalah kaffarah (sebagai penebus) dosa kita. Maka terkait dengan ini, Rasulullah saw mengajarkan doa kepada kita, ketika mengunjungi orang sakit, untuk mengatakan : Laa ba`sa thahuur insyaa` Allah = tak mengapa, lebur dosanya insyaa` Allah…
Leave a Reply