Dalam hadis ini, terdapat gambaran yang utuh tentang karakter mereka orang-orang shaleh yang kelak akan berbahagia di Akherat. Kebahagiaan yang mereka peroleh, benar-benar hasil kesungguhan mereka menekuni kebaikan. Sehingga dengan itu, Allah berkenan menempatkan mereka pada posisi mulia dalam naungan-Nya. Apa yang kelak akan mereka peroleh berupa kemuliaan ilahiyah dan kebahagiaan hakiki di kampung keabadian, Akherat, adalah betul-betul karena keistiqamahan mereka menekuni kebaikan selama mereka hidup di Dunia. Yang semuanya itu tergambar dalam tujuh kriteria tersebut.
Rasulullah Muhammad ‘alaihi asshalaatu wassalaam telah menyampaikan kepada kita puncak pertolongan dan perlindungan Allah terhadap orang-orang beriman, yaitu rahmat rabbaniyah yang akan merengkuh mereka ke dalam naungan-Nya. Kanjeng Nabi saw telah memaparkan kepada kita tentang tujuh kriteria keimanan yang akan mendapat karamah besar itu. Pemaparan beliau sangat jelas dan mendalam, yang bertujuan untuk membangkitkan ruh kaum mukminin agar bersegera merealisasikan imannya dengan menekuni tujuh karakter itu.
Ajakan pertama Rasulullah, adalah kepada keadilan. Agar mereka yang mempunyai amanah diserahi urusan manusia lainnya, dapat menunaikan amanah itu sebaik-baiknya. Dan termasuk amanah terbesar yang pernah Allah berikan kepada manusia, adalah amanah kekuasaan. Beliau ingin menegaskan disini, bahwa keberpihakan penguasa secara adil kepada seluruh rakyatnya, adalah syariat Allah yang harus ditegakkan. Allah Ta’ala sangat membenci kezhaliman dengan segala bentuknya. Sebagaimana firman-Nya: Wahai Dawud, sesungguhnya kami menjadikanmu pemimpin di muka bumi, maka berlaku adillah terhadap seluruh manusia, dan tegakkanlah kebenaran. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu, agar kamu tidak tersesat dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah, akan mendapatkan siksa pedih, karena mereka lupa (bahwa akan datang) hari kiamat. (Surat Asshaad: 26)
Seruan Rasulullah yang kedua dalam hadis ini, adalah ajakan untuk taat dan beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala secara tekun. Dan yang dibidik disini, adalah para pemuda. Pemuda diharapkan bisa rajin beribadah sedini mungkin, dan berupaya mentaati segala perintah Tuhannya, menjauhi segala larangannya sejak ia aqil baligh. Yang demikian itu, karena pemuda memang diproyeksikan untuk menjadi generasi masa depan yang gemilang. Sebagaimana yang Allah ceritakan tentang pemuda Ashabul Kahfi: Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, kemudian semakin kami tambah kepada mereka petunjuk. (al-Kahfi: 13) Pemuda adalah aset berharga ummat ini. Untuk itu, mereka adalah tumpuan impian, harapan dan cita-cita masa depan. Yang diharapkan bisa merealisasikan nilai-nilai keislaman yang rahmat kepada seluruh penjuru Alam.
Sedangkan kelompok yang ke tiga, secara khusus Rasulullah saw menyanjung mereka. Mereka adalah orang-orang yang hatinya telah dipenuhi keimanan kepada Allah swt. Iman itu telah menjalar memenuhi seluruh anggota tubuhnya. Dengan begitu, hatinya tak pernah lalai dalam mengingat Allah. Dia senantiasa menjaga shalatnya, dengan menunaikannya di awal waktu, di masjid bersama kaum mukminin yang lain. Seperti yang kita tahu, bahwa shalat itu adalah tiangnya agama (islam). Masjid adalah tempat berkumpulnya umat islam. Di masjidlah, kaum mukminin bisa bertemu satu sama lain. Saling menautkan hati, cinta dan kasih sayang sesama hamba Allah yang beriman. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya, bahwa masjid adalah tempat ummat islam membangun peradabannya sejak awal kemunculannya 14 abad yang lalu. Di rumah Allah, semua manusia dengan beragam strata sosialnya, bisa berdiri dan duduk berjajar tanpa ada rasa risih satu sama lain. Firman Allah: Mereka bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya pada waktu pagi dan petang (Surat Annur: 36).
Pada kriteria yang ke empat, Rasulullah shallallhi ‘alaihi menyeru pengikutnya, untuk mencinta diantara mereka semata-mata karena Allah. Bukan karena tujuan lain, yang bersifat keduniaan. Bukan karena kepentingan-kepentingan hina, seperti materi, syahwat biologis, dan kekuasaan. Islam adalah agama yang mengajak mencintai Allah Sang Pemilik kehidupan, kematian, dan semua apa yang melingkupi keduanya. Agama ini, memang tidak melarang pemeluknya untuk mencintai lawan jenis, harta dan tahta. Tapi yang diinginkan adalah mencinta karena-Nya. Berkumpulnya laki-laki dengan laki-laki, atau laki-laki dengan perempuan, betul-betul dalam rangka memadu cinta untuk merealisasikan cinta Sang Pemilik cinta sejati, Allah ‘azza wajalla. Para pencinta diharapkan bertemu dalam bingkai dakwah islam untuk menekuni kebenaran, berpadu dalam kesucian fithrah manusia, selaras dengan apa yang diinginkan Baginda Rasul: Liyakuna al-hubbu thuhran washafaa,an wasumuwwan wanaqaa,an = Upayakanlah cinta itu untuk selalu menjadi, suci, bersih, jernih dan cemerlang.
Kriteria yang kelima, adalah gambaran keteguhan iman seorang laki-laki yang tidak tergoyahkan oleh rayuan seorang wanita cantik, kaya, dan mempunyai kedudukan di tengah masyarakatnya, untuk melakukan maksiat. Akan tetapi ia menolaknya, semata-mata karena takut kepada Allah. Tidak tertarikkah laki-laki itu terhadap wanita, yang telah memenuhi semua kriteria sebagai wanita “idaman”? Saya kira tidak ada laki-laki yang tidak tergoda ketika dihadapkan pada wanita yang seperti itu. Tapi, apa gerangan yang membuat pria ini seakan tidak terpengaruh oleh ajakan wanita itu. Jawabannya, karena fithrah kemanusiaan lelaki ini belum terkontaminasi oleh pengaruh hiasan semu dunia. Hatinya masih bening, emosinya sangat stabil, dan imannya masih kokoh menancap dalam relung jiwanya. Sehingga dengan demikian, ia tidak mudah terperangkap jaring fitnah yang coba ditebar wanita itu, untuk menggelincirkannya ke dalam lembah hina.
Pada urutan ke enam, orang-orang yang Allah jamin untuk dinaungi-Nya kelak di Akherat, terdapat mereka yang dengan tulus bersedekah. Sedekah mereka tidak ditampak-tampakkan pada orang lain. Yang demikian itu, karena dalam bersedekah, ia hanyalah mengharap ridha Allah. Bukan pujian sesaat manusia. Rasulullah Muhammad ‘alaihi asshalaatu wassalaam, telah memberikan penjelasan yang gamblang, tentang bagaimana sedekah orang shaleh sebagaimana tersebut di atas. Orang tersebut menyembunyikan sedekahnya, walau dengan orang terdekatnya sekalipun. Yang oleh Rasulullah diqiyaskan dengan tangan kanan dan tangan kiri yang saling bersebelahan. Sedekah yang semacam inilah yang disebut al-infaaq fi sabilillaah.
Catatan: Keutamaan sedekah yang disembunyikan semacam ini, bukan lantas tidak membolehkan orang untuk bersedekah dengan terang-terangan. Karena ukuran keikhlasan, sebenarnya bukan ditentukan oleh sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Akan tetapi, sejuah mana orang yang bersedekah meniatkan apa yang diberikannya betul-betul karena Allah. Ini adalah urusan hati, orang yang bersedekah takut riyaa, bisa jadi ia malah terjebak dalam ‘ujub yang sama-sama bisa menghilangkan pahala kebaikan. Bagi mereka yang bisa mengenyampingkan perasaan ingin dipuji orang, tidaklah masalah, kalau ia mau bersedekah dengan diumumkan sekalipun di masjid atau ditulis dalam daftar para penderma. Sebagaimana yang dilakukan oleh panitia ziswaf belakangan ini.
Kriteria terakhir tujuh golongan orang-orang yang kelak akan berbahagia di tengah kepanikan manusia lainnya, adalah orang yang gemar menangis di tengah kesunyian. Mereka menangis karena takut akan pedihnya siksa Allah dan sangat berharap rahmat Allah agar berkenan memasukkanya ke dalam syurga-Nya. Begitulah, Baginda Rasul telah mengajak kita untuk senantiasa berupaya menjadi pribadi-pribadi imani yang senantiasa menapak sunnahnya, menekuni petunjuknya, dan tetap teguh mempertahankan keimanan sampai kelak ajal datang menjemput.
Untuk itu Sodara, banyak-banyaklah menangis di penghujung malammu. Terlebih dalam bulan mulia ini. Betapa Allah sangat pengasih dan pemurah. Ingatlah akan semua dosa yang pernah kau perbuat, kemudian minta ampunlah pada-Nya. Datanglah kepada Allah dengan membawa setumpuk dosamu, Allah pasti akan mengampuni. Datanglah kepadaNya dengan kesalahan yang berbuih sekalipun, Allah pasti akan memaafkanmu. Ingat!, Syurga dengan segala kenikmatannya, tidak diperuntukkan untuk orang yang hanya mengkhayalkannya. Tapi syurga hanya akan dihuni oleh orang-orang yang betul-betul berjalan menuju kepadanya, dengan mengerjakan amal shaleh. Sebaliknya, neraka tidak akan bisa dihindari oleh orang yang hanya mengaku di mulut, takut akannya. Tapi yang bisa terhindar darinya, adalah mereka yang memang benar-benar menghindar darinya dengan menjauhi segala dosa dan maksiat.
artkel bagus.. apalagi pendekatan pembahasannya yang melalui allughah… sering-sering buat artikel semacam ini ya…