“Wa rubba akhin qashiyyil ‘irqi fihi, saluwwun ‘an akhika minal wulaad = berapa banyak saudaramu, yang tidak mempunyai hubungan darah apapun denganmu, tapi kebaikannya melebihi kebaikan saudara kandungmu.” (Mihyad Addailami)
Itu adalah gambaran persaudaraan dalam Islam. Persaudaraan yang tidak diikat oleh kedekatan hubungan darah. Persaudaraan yang timbul karena kecintaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Persaudaraan karena kesamaan tujuan hidup. Persaudaraan yang tak bisa dipisahkan karena berbagai perbedaan latar belakang, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Mereka saling mencintai satu sama lain. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Mereka saling berbagi satu sama lain. Mereka saling menutupi kekurangan mereka satu sama lain. Mereka diibaratkan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Seperti satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang merasakan sakit, maka rasa sakit tersebut akan menjalar ke seluruh tubuh” (Hadits Muttafaqun ‘alaihi)
Mereka adalah manusia yang kata Allah subhanahu wata’ala “Ruhamaa`u bainahum, taraahum rukka’an sujjadan yabtaghuna fadhlan minallahi wa ridhwaanahu = Saling mengasihi sesama mereka, engkau lihat mereka ruku’ dan sujud bersama. Mereka mengharapkan keutamaan dan ridha Allah.” (Al-Fath: 29) Rasa cinta dan kasih mereka terhadap saudaranya seiman, bukanlah kecintaan yang timbul begitu saja. Tapi itu adalah kecintaan yang memang sengaja dibina oleh pencinta sejati mereka, Nabi Muhammad saw. Ketika mereka sampai di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan mereka. Antara Muhajirin dan Anshar ditanamkan rasa cinta yang mendalam di dada mereka hingga mengantarkan mereka pada puncak itsar untuk lebih mementingkan kebutuhan saudara muslimnya daripada dirinya sendiri. Seperti yang dilakukan oleh Sa’ad bin Rabi’ ra yang dipersaudarakan dengan Abdurrahman bin ‘Auf ra. Sa’ad memberikan separuh harta yang dimilikinya untuk Abdurrahman, termasuk rumah, dan bahkan istrinya!
Perhatikanlah Saudara, bagaimana generasi pertama ummat ini telah memberikan teladan persaudaraan yang tinggi kepada kita untuk saling berbagi sesama saudara seiman. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi yang datang setelah mereka mencontoh kepribadian mereka untuk tidak segan-segan berbagi dengan saudara seiman kita. Banyak saudara kita yang kesulitan finansial. Mereka tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup harian mereka. Mereka tidak bisa makan dengan kebutuhan gizi yang cukup. Mereka tidak mampu membeli pakaian layak untuk dikenakan. Mereka tidak mempunyai rumah yang layak untuk berteduh. Banyak diantara mereka yang ketika sakit, mereka tidak mampu untuk membayar biaya berobat di rumah sakit. Banyak diantara mereka yang tak mampu membayar SPP anak-anak mereka. Haruskah kita berpangku tangan menyaksikan kenyataan tersebut, Akankah kita berdiam diri?
Mari kita berbagi dengan mereka. Mari kita sisihkan sebagian harta yang kita miliki untuk mereka. Sungguh, sekecil apapun harta yang kita keluarkan untuk mereka, pasti akan kita dapatkan ganjarannya kelak di sisi Allah. Sebagaimana kata Allah “Fa man ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah = Barang siapa yang melakukan kebaikan walau seberat dzarrah, pasti akan mendapatkan (pahala)nya. (Al-Zalzalah: 7) Dan kalau kita gemar membantu kesulitan saudara seiman kita, maka Allah pun akan senantiasa membantu kita dalam setiap kesulitan yang kita alami. Sebagaimana kata Rasulullah “ Allahu fi ‘aunil ‘abdi maa daamal ‘abdu fi ‘auni akhihi = Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut membantu saudaranya (seiman). (HR. Muslim dan Turmudzi dari Abu Hurairah)
Andai kata KeADILan parti nyamuk seperti yang didakwa mereka tidak akan memberikan sebanyak itu ruang negatif di akhbar dan di tv..Yang mendesak buat kita terutama generasi muda adalah untuk bangun menuntut hak dan kebebasan menolak rasuah dan membela rakyat..ANWAR IBRAHIM……….